Sholat

Assalamualaykum
warohmatullohi wabarokatuh

Tulisan ini di ambil dari seorang ahli tafsir sekaligus Guru Besar dan Dosen di UIN Jakarta dr. Syarif, s.ag.ma

Shalat dan Dzikir
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, Maka sembahlah Aku, dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Q.s. Thaha/20:14).

Keterangan teks ayat al-Qur`an ini menejelaskan sistem persembahan yang tak boleh terpisah, ialah menyembah, shalat, dan ingat. Diujung teks itu ada kata dzikr sebagai item penting dalam persembahan yang tak dapat dipisah dari dua item yang lain. Kata dzikr secara etimologi hanya menekankan satu peralihan bahsa yaitu ingat, walau pada banyak kesempatan dakwah dan tulisan sangat sering diartikan secara tidak proporsional yaitu menyebut. Dengan diartikan menyebut ini menjadi dzikr tidak dibedakan dari qaul atau talaa. Penulis hanya mengacu pemaknaan dzikr dengan mengingat oleh karena, kata dzikr dicantumkan dengan berbagai bentuk derevasinya sebanyak 292 kali di dalam teks-teks al-Qur`an hanya mengarah kepada arti mengingat.

Keterangan teks di atas sangat menjelaskan bahwa cara menyembah itu adalah mendirikan shalat dan tidak dengan perintah laksanakan shalat. Mendirikan beda dengan melaksanakan shalat. Melaksanakan shalat hanya masuk dalam pengertian membaca rangkaian bacaan dan melaksanakan urutan rukun perbuatan. Tetapi mendirikan shalat harus bermakna secara pasti dan mutlak bahwa shalat itu harus berdiri berhadapan dengan Tuhan. Bagaimana caranya? Tentu hanya dengan mengingat. Artinya di dalam shalat harus hanya Allah yang diingat. 

Bisakah mengingat Allah? Untuk menjawab pertanyaan ini sementara kita dapat mencermati secara jujur apa yang diperintah Tuhan dalam teks “bacalah catatanmu (di dadamu) cukup hari ini dirimu menjadi penghitung atas dirimu sendiri (Q.s. 17:14). Maksudnya kita mesti jujur benarkah kita telah mengingat Allah dalam shalat, sementara kita belum pernah bertemu dan melihat Allah.

Di dalam teks al-Qur`an surah 2:125 ditetapkan tempat mendirikan shalat, yakni kita mesti mengenal dan mengerti Baitullah yang dijadikan Allah sebagai tempat berkumpulnya mukmin yang mendirikan shalat dan sebagai tempat yang aman bagi yang masuk kedalamnya (Q.s. 3:97).

Teks Q.s. 2:125 itu menyebutkan bahwa jadikan bagian dari maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Yang dimaksud dengan bagian itu adalah bagian secara hakikat atau dibalik syari’at lahiriah yang berada di sisi luar lingkar ka’bah itu. Menjadikan sisi hakikat maqam Ibrahim sebagai tempat mendirikan shalat ini ini ditetapkan dengan cara mengingat tempat itu, di mana tempat itu bernama Baitullah yang sifatnya ghaib namun tempat itu ditandai dengan bangunan yang dibikin oleh Ibrahim berbangsa Ka’ab maka tanda itu bernama Ka’bah. Sementara hadapkan ingatan ke arah itu (Q.s. 2:14 – 150), masuklah kita dalam kategori mengingat Allah dalam shalat. Kita berbicara non fisik atau secara hakikat, artinya adalah bukan wujud fisik yang kita ingat dalam shalat tetapi kita masuk ke dimensii hakikat di dalam rumah yang ditandai Ka’bah tersebut (Q.s. 27:91)

Puasa syawal Mengingatkan Yang belum puasa Sunnah 6 hari di bulan Syawwal, ada kesempatan yang bagus untuk puasa. Terkumpul di dalamnya
Puasa Ayyamul Biidh
Puasa Senin Kamis
Puasa Syawwal
Yang mana kita tahu, kita dapat menjamak semua itu dengan satu niat

Hari-hari itu dimulai pada hari:
• Kamis, 12 Syawwal 1438/ 6 Juli 2017
• Jumat, 13 Syawwal 1438/ 7 Juli 2017
• Sabtu, 14 Syawwal 1438/ 8 Juli 2017
• Ahad, 15 Syawwal 1438/ 9 Juli 2017
• Senin, 16 Syawwal 1438/ 10 Juli 2017
• Selasa, 17 Syawwal 1438/ 11 Juli 2017

Mari kita raih pahala yang besar dengan amal yang sedikit.

Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal.*
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Bagi yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh. (HR. Muslim no. 1164).

Share ke yang lain, siapa tahu ada orang-orang yang berpuasa karena sebab kita, sehingga kita mendapatkan pahala dengan sebab puasa mereka.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

Barang siapa yang mengajak kepada al-Huda [petunjuk menuju hidayah Allah], maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh oleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka [orang yang mengikuti] petunjuk tersebut sedikitpun
________________________
HR. Muslim [2674], Abu Daud [4609], at-Tirmidzi [2674], ad-Darimi [530], Ahmad [9160] Dari Abu Hurairah _radhiyallahu 'anhu

Semoga Bermanfaat

Bacaan Alquran pada mengulangi perayaan hari kelahiran Ydml BP

Alhamdulillah kita banyak bersyukur kepada Allah dan RasulNya diberikan kekuatan lahir dan bathin. Oleh karena itu shalawat dan taslim kita panjatkan kepada ikutan kita baginda Rasulullah SAW yang telah mengeluarkan kita dari tempat gelap ke tempat terang benderang yang dimuliakan oleh Allah SWT

Manusia banyak yang lalai karena kesibukannya saling berlomba meraih dunia. Ada yang rakus akan kedudukan atau kekuasaan. Ada juga yang saling menyombongkan diri dengan harta dan anaknya. Mereka barulah berhenti ketika sampai di liang lahat. Padahal semua nikmat kelak akan ditanya.

Allah Ta’ala berfirman,

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 1-8).

Al-'Ashr 103 ayat 1-3

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣

1. (Demi masa) atau zaman atau waktu yang dimulai dari tergelincirnya matahari hingga terbenamnya, maksudnya adalah waktu shalat Asar.

2. (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah jenis manusia (benar-benar berada dalam kerugian) di dalam perniagaannya.

3. (Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh) mereka tidak termasuk orang-orang yang merugi di dalam perniagaannya (dan nasihat-menasihati) artinya sebagian di antara mereka menasihati sebagian yang lainnya (supaya menaati kebenaran) yaitu iman (dan nasihat-menasihati dengan kesabaran) yaitu di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.

Al Humazah 1 – 9 “Wailun!” “Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pengumpat.” (pangkal ayat 1).

Pengumpat ialah suka memburuk-burukkan orang lain; dan merasa bahwa dia saja yang benar. Kerapkali keburukan orang dibicarakannya di balik pembelakangan orang itu, padahal kalau berhadapan dia bermulut manis: “Pencela.” (ujung ayat 1).

Tiap-tiap pekerjaan orang, betapa pun baiknya, namun bagi dia ada saja cacatnya, ada saja celanya. Dan dia lupa memperhatikan cacat dan cela yang ada pada dirinya sendiri.

“Yang mengumpul-ngumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.” (ayat 2).

Yang menyebabkan dia mencela dan menghina orang lain, memburuk-burukkan siapa saja ialah karena kerjanya sendiri hanya mengumpulkan harta kekayaan buat dirinya. Supaya orang jangan mendekat, dipagarinya dirinya dengan memburukkan dan menghina orang. Karena buat dia tidak ada kemuliaan, tidak ada kehormatan dan tidak akan ada harga kita dalam kalangan manusia kalau saku tidak berisi. Tiap-tiap membumbung menggelembung isi puranya, tiap-tiap naik melangit pula suaranya. Dia benci kepada kebaikan dan kepada orang yang berbuat baik. Dia benci kepada pembangunan untuk maslahat umum. Asal ada orang datang mendekati dia, disangkanya akan meminta hartanya saja. Kadang-kadang orang dikata-katainya. Tidak atau jarang sekali dia berfikir bahwa perbuatannya mengumpat dan mencela dan memburukkan orang lain adalah satu kesalahan besar dalam masyarakat manusia beriman, yang akan menyebabkan kesusahan bagi dirinya sendiri di belakang hari. Sebab: “Dia menyangka bahwa hartanya itulah yang akan memeliharanya.” (ayat 3).

Dengan harta bendanya itu dia menyangka akan terpelihara dari gangguan penyakit, dari bahaya terpencil dan dari kemurkaan Tuhan. Karena jiwanya telah terpukau oleh harta bendanya itu menyebabkan dia lupa bahwa hidup ini akan mati, sehat ini akan sakit, kuat ini akan lemnh. Menjadi bakhillah dia, kikir dan mengunci erat peti harta itu dengan sikap kebencian.

“Sekali-kali tidak!” (pangkal ayat 4).
Artinya bahwa pekerjaannya mengumpulkan harta benda itu, yang disangkanya akan dapat memelihara dirinya dari sakit, dari tua, dari mati ataupun dari azab siksa neraka, tidaklah benar; bahkan “Sesungguhnya dia akan dihumbankan ke Huthamah,” (ujung ayat 4).

Sebab dia bukanlah seorang yang patut dihargai. Dia mengumpulkan dan menghitung-hitung harta, namun dia mencela dan menghina dan memburuk-burukkan orang lain, mengumpat dan menggunjing. Orang itu tidak ada faedah hidupnya. Nerakalah akan tempatnya. Huthamah nama neraka itu.

“Dan sudahkah engkau tahu?” – ya Utusan Tuhan – “Apakah Huthamah itu?” (ayat 5).

Bersifat pertanyaan dari Tuhan kepada Nabi-Nya untuk menarik perhatian beliau tentang ngerinya Huthamah itu!

“(Ialah) Api neraka yang dinyalakan.” 
(ayat 6).

Karena selalu dinyalakan, berarti tidak pernah dibiarkan lindap apinya, bernyala terus, karena ada malaikat yang dikhususkan kerjanya menjaga selalu kenyalaan itu, lantaran itu maka berkobarlah dia terus.

“Yang menjulang ke atas segala hati itu.” (ayat 7).

Maka hanguslah selalu, terpangganglah selalu hati mereka itu. Yaitu hati yang sejak dari masa hidup di dunia penuh dengan kebusukan, merugikan orang lain untuk keuntungan diri sendiri, menginjak-injak orang lain untuk kemuliaan diri.

“Sesungguhnya neraka itu, atas mereka dikunci erat.” (ayat 8). Artinya, setelah masuk ke sana mereka tidak akan dikeluarkan lagi, dikunci mati di dalamnya: “Dengan palang-palang yang panjang melintang.” (ayat 9).

Kalau difikirkan secara mendalam, ancaman sekejam ini adalah wajar dan setimpal terhadap manusia-manusia yang bersifat seperti digambarkan dia dalam ayat itu: pengumpat pencela, mengumpul harta dan menghitung-hitung, dengan mata yang jeli melihat ke kiri dan ke kanan, kalau-kalau ada orang yang mendekat akan meminta. Sikapnya penuh rasa benci. Dan bila harta-benda itu telah masuk ke dalam simpanannya, jangan diharap akan keluar, kecuali untuk membeli kain kafannya. Setelah harta itu masuk jauh, jangan seorang jua pun yang tahu. Maka hukuman yang akan diterimanya kelak, yaitu dimasukkan ke dalam neraka yang bernama Huthamah, yang apinya bernyala terus, dan nyala api itu akan membakar jantung hatinya selalu, hati yang penuh purbasangka. Semua itu adalah ancaman yang sepadan.

Dan kemudian pintu neraka Huthamah itu ditutup rapat-rapat, setelah mereka berada di dalamnya, dikunci pula mati-mati, bahkan diberi palang yang panjang melintang sehingga tidak dapat dihungkit lagi, seimbang pulalah dengan sikap mereka tatkala di dunia dahulu, mengunci rapat pura pundi-pundi atau peti uangnya, yang tidak boleh didekati oleh siapa saja.

Kadang-kadang orang yang seperti ini tidak keberatan mengurbankan agamanya, tanah-airnya, atau perikesopanannya kaumnya asal dia mendapat uang yang akan dikumpulkan itu. Kadang-kadang anak kandungnya atau saudara kandungnya kalau masih akan dapat memberi keuntungan harta baginya, tidaklah dia keberatan mengurbankan. Hati itu sudah sangat membatu, sehingga tidak ada perasaan halus lagi. Jika disalai, disangai, atau disula dengan api laksana mengelabu, tidak jugalah lebih dari patut.

Kita berdoa moga-moga janganlah kita ditimpa penyakit seperti: membatu hati dalam dunia karena harta dan disangai, dinyalai api di neraka Huthamah karena telah membatu.👄👄

Tidak ada komentar:

Posting Komentar