SERUAN PERDAMAIAN

Tulisan ini telah disampaikan kehadapan His Holiness Pope Francis di Vatikan dalam bahasa Inggris, dalam The General Audience pada tanggal 14 Juni 2014.
Perdamaian wajib diwujudkan bagi setiap manusia dimanapun ada beradanya. Sebelum berbicara tentang perdamaian, terlebih dulu diketahui substansi atau perwujudan dari perdamaian itu sendiri, kemudian dari mana memulainya; bagaimana mewujudkan dan apa yang menyebabkan tidak terwujudnya perdamaian tersebut.

Seyogyanya-lah dimulai dengan mengenal dan mengetahui apa yang disebut dengan
"SUARA HATI" (VOICE OF THE HEART) dan tentu akan dapat diketahui dan dipahami oleh manusia dimanapun. Suara hati dapat dirasakan dan diketahui oleh setiap Insan karena Tuhan telah memberikan ZAT atau RASA atau NIKMAT bersamaan disempurnakan kejadian Manusia dengan meniupkan RUH kepadanya. Setiap Insan atau manusia melalui suara hati akan dapat merasakan sehingga dapat mengenal, mengetahui dan mendengar adanya suara hati; yang menyeru kepada kebajikan dan yang menyeru kepada kejahatan. Bila kedua suara hati ini sepenuhnya dapat disadari oleh setiap manusia, maka secara perlahan perdamaian dapat diujudkan Kenapa manusia senantiasa terburu-buru, tergesa-gesa dalam menyikapi sesuatu, baik mengungkapkannya melalui perkataan ataupun perbuatan? Maka suara hati akan menjadi penentu semua itu. Bila setiap manusia memulai sesuatu dengan tidak menyadari suara hati, maka sifat terburu-buru selalu menguasai dalam menyikapi sesuatu; yang berdampak kepada perpecahan yang dimulai dengan rasa curiga, syakwa-sangka, sifat tidak mau kalah, tidak mau disalahkan, tidak mau kerendahan, sehingga menimbulkan sikap emosional, tidak lagi mau menerima kebenaran dari siapapun. Oleh sebab itu, semua bermuara dari suara hati. Bila kita senantiasa memulai sesuatu dengan suara hati yang menyeru kepada kejahatan, maka perdamaian tidak akan pernah terwujud; tapi bila sesuatu yang akan diperbuat itu dimulai dengan suara hati yang menyeru kepada kebajikan, maka sudah barang tentu secara perlahan perdamaian itu akan terwujud dengan nyata. Pandangan ini disampaikan sebagai bahan pertimbangan bahwa perdamaian itu tidak akan terwujud bila belum menyadari dan belum mengetahui apa penyebab tidak terwujudnya perdamaian tersebut.

Berbagai nasehat telah diberikan, segala petunjuk telah disampaikan, namun perdamaian tetap belum terwujud; hal ini disebabkan belum menyentuh substansi penyebabnya dan belum memberikan solusi secara komprehensif terhadap perdamaian itu sendiri. Insan atau manusia dijadikan Tuhan dari berbagai suku bangsa yang tidak membedakan bangsanya-berlainan bahasa, berdusun-dusun, bermacam-macam umat untuk saling kenal-mengenal satu sama lain; bukan untuk saling membenci dan bermusuhan. Bila direnungkan, suara hati yang menyeru kepada kejahatan tersebut, tidak dapat diketahui bila Allah belum menyempurnakan kejadian manusia dengan meniupkan Ruh kepadanya. Ruh ini Kudus-Suci; sifatnya sidiq-amanah-tabliq-fatanah; Dia adalah Nur atau Cahaya. Mulut berkata TIDAK, DIA barkata benar. Mulut berdusta "DIA TAU". Diam-diam kita IRI, DENGKI, BENCI kepada orang lain, "DIA TAHU". Pokoknya sesuatu yang tidak benar kita ucapkan atau kita rasakan, seperti; PEMBOHONG, PENDUSTA, BENCI, CINTA DIAM-DIAM, pasti DIA TAHU. Artinya : Segala sesuatu yang TIDAK BENAR, DIA PASTI TAHU. Silahkan, untuk dirasakan hal demikian melalui SUARA HATI. DIA sama sekali TIDAK DAPAT DIBOHONGI. "DIA datang dari Allah, akan kembali kepada Allah"; itulah yang dinamakan ROHANIAH pada setiap manusia. Bagi seluruh umat manusia yang tidak dapat membedakan bangsa dan bahasanya. DISEBUT SUARA HATI. Dia tidak laki-laki, tidak perempuan. Yang laki-laki perempuan itu, MANUSIA. Oleh karena itu Tuhan, melalui agama yang dibawa oleh masing-masing para Aulia-Ambiya dengan bahasa kaumnya membicarakan tentang diri manusia, khusus suara hati tadi secara komprehensif, tapi sayang manusia melihatnya secara subyektif melalui nalar Idea yang menghasilkan Idiologi, berdampak perpecahan, menimbulkan berbagai aliran dalam agama. Kepintaranlah yang ditonjolkan guna mencari kebenaran, ingin ikut serta menyelesaikan perilaku manusia yang bercorak ragam tersebut, yang menimbulkan perdebatan serta perbantahan yang tiada akhirnya. 

Manusia dijadikan Tuhan dengan perantara seorangp laki-laki dan perempuan, dicetak dalam rahim seorang Ibu, lalu Allah menyempurnakannya dengan meniupkan Ruh kepadanya; Ruhaniah berasal dari ALLAH. Itulah RUH yang bernama mukmin, tidak laki-laki dan tidak perempuan, berada dalam dada laki-laki dan dalam dada perempuan; yang tidak membedakan bangsa dan bahasanya. Kejadian ini sama bagi setiap manusia di permukaan bumi ini. Karena itulah Allah menyuruh manusia itu, berbuat baiklah kepada sesama manusia, sebagaimana Allah berbuat baik kepada manusia itu sendiri. Berdasarkan usul kejadian yang sama tersebut, maka Allah melarang setiap manusia berburuk sangka. BERBURUK SANGKA itu adalah dosa, maukah kamu memakan bangkai saudaramu sendiri yang telah mati? Apalagi membunuh seseorang, satu orang dibunuh sama hukumnya dengan membunuh semua orang, satu orang kita benci sama dengan membenci semua orang; satu orang kita berbuat baik sama dengan berbuat baik kepada semua orang. Begitulah Tuhan mengingatkan manusia agar manusia itu dapat memahami bahwa manusia itu umat yang satu. Oleh sebab itu, tidak ada satupun manusia berkehendak dilahirkan di Amerika, Jepang, Cina, Arab, Belanda, Perancis, Inggris, Indonesia pada umumnya, berbagai-bagai suku bangsa dengan berlainan bahasa. Namun, BAHASA HATI TIDAK ADA YANG BERBEDA. Itulah sebabnya, Allah tidak melihat rupamu dan amalmu; Hanya ALLAH melihat pada HATIMU, YANG BERNIAT DALAM HATI ITU. Yang berniat dalam hati itu, yang dilihat oleh Allah. MANUSIA ITU UMAT YANG SATU, Tuhannya satu, agar tercapai kehidupan manusia yang menyenangkan, kehidupan yang baik dan kehidupan yang bermanfaat (bermakna). 

Kesimpulan
sebagai bahan pertimbangan:

Hendaklah setiap manusia mengenal dirinya melalui suara hatinya masing-masing. Melalui kontrol suara hati tersebut, setiap manusia akan memperoleh yang terbaik dalam kehidupan berkeluarga, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam kesempatan berbicara-berucap-berlaku yang dapat menyenangkan dirinya dan orang lain. Seperti kata orang-orang terdahulu: "Pikir itu pelita hati, tidak dipikir merusak diri, terlalu dipikir binasa diri". Karena itu jangan cepat dikatakan itu salah atau benar, mesti timbang RASA, rasa itu ditimbang, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagi kamu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagi kamu; dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui". Karena itu jangan buru-buru berbuat sesuatu, renungkan dahulu, apa manfaat dan mudharatnya. Melalui suara hati, musyarawah untuk mencapai mufakat itulah yang tertinggi, guna memperoleh tercapainya perdamaian yg diingini oleh semua Insan di permukaan bumi ini. Demikian disampaikan sebagai bahan pertimbangan, guna memperoleh kebenaran yang sesungguhnya.

Rujukan:

Firman Tuhan QS(3)6: "
Huwal ladzi yushawwirukum fil arhaa-mi kaifa yasyaa-u laa ilaaha illaa huwal "aziizul hakim." 

Artinya: "DIALAH Yang membentuk kamu dalam rahim-rahim sebagaimana yang DIA kehendaki. Tidak ada Tuhan melainkan DIA Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Firman Tuhan QS(32)9:
“Tsumma sawwahu wa nafakha fiihi mir ruuhihii wa ja’ala lakumus sam’a wal abshaara wal af idata qaliilam maa tasykuruun." 

Artinya: “AKU SEMPURNAKAN KEJADIAN MANUSIA, Aku TIUPKAN RUH, Aku berikan pendengaran, penglihatan, dan hati. Namun, sedikit sekali manusia berterima kasih."

Firman Tuhan QS(49)10:
"Innamaal mu'minuuna ikhwatun fa-ashlihuu baina akhawaikum waattaquullaha la'allakum turhamuun(a)." 

Artinya: "Sesungguhnya orang Mukmin (RUH) itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." 

Firman Tuhan QS(49)11-12:
“Ya ayyuhal ladz'iina aamanuu laa yaskhar qaumum min qaumin 'asaa ay yakuunuu khairam minhum wa laa nisaaum min nisan-in 'asas ay yakunna khairamminhunna wa laa talmizuu anfusakum wa laa tanaabazuu bil alqaabi bi'sal ismul fusuuqu ba'dal iimaani wa mal lam yatub fa ulaa-ika humuzh zhaalimuun. Yaa ayyuhal ladziina aamanuj tabibuu katsiiram minazh zhanni inna ba'dhazhzhanni itsmuw wa laa tajassasuu wa laa yaghtab ba'dhukum ba'dhan a yuhibbu ahadukum ay ya'kula lahma akhiihi maitan fa karihtumuuhu wat taqullaaha innallaaha tawwaabur rahiim.” 

Artinya: ayat 11
"Hai sekalian orang-orang yang beriman, JANGANLAH SATU KAUM MENGOLOK-OLOKKAN KAUM YANG LAIN, BOLEH JADI MEREKA (kaum yang mengolok-olokkan itu) LEBIH BAIK DARI MEREKA (YANG MEPEROLOK-OLOKKAN), dan jangan (pula) perempuan-perempuan mengolok-olokkan perempuan-perempuan (yang lain), boleh jadi perempuan-perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan JANGANLAH KAMU PANGGIL-MEMANGGIL DENGAN GELAR-GELAR YANG BURUK, seburuk-buruk Nama (panggilan) ialah PANGGILAN FASIK SESUDAH BERIMAN. Dan BARANGSIAPA yang TIDAK BERTAUBAT, maka mereka itulah ORANG YANG ZALIM.
Artinya ayat 12
Hai orang-orang yang beriman, JAUHILAH KEBANYAKAN PRASANGKA, sesungguhnya SEBAHAGIAN PRASANGKA itu adalah DOSA. Dan JANGANLAH KAMU MENCARI KEBURUKAN orang dan JANGANLAH sebahagian kamu MENGGUNJING atas sebahagian yang lain. Adakah DI ANTARA KAMU MEMAKAN BANGKAI SAUDARA KAMU SENDIRI yang mati? Maka kamu membencikannya. Dan BERTAQWALAH KEPADA ALLAH. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Firman Tuhan QS(49)13:
“Yaa ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa untsaa wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qabaa-ila li ta’aarafuu inna akramakum ‘indallaahi atqaakum innallaaha ‘aliimun khabiir.” 

Artinya: “Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami MENCIPTAKAN KAMU DARI SEORANG LAKI-LAKI DAN SEORANG PEREMPUAN, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya SEMULIA-MULIA kamu DI SISI ALLAH ialah yang lebih TAQWA di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."

Firman Tuhan QS(21)92:
"Inna hadzihii ummatukum ummataw waahidataw wa ana rabbukum fa'buduun."
 
Artinya: "Sesungguhnya manusia itu UMAT YANG SATU, TUHANNYA SATU, maka SEMBAHLAH AKU." 

Firman Tuhan QS(23)52:
"Wa inna haadzihii ummatukum ummataw waahidataw wa ana rabbukum fat taquun."

Artinya:  "Sesungguhnya manusia itu UMAT YANG SATU, TUHANNYA SATU, maka bertaqwalah kepadaKu." Dimana tempat menyembah dan bertaqwa kepada Allah pada HAKEKATNYA? 

Firman Tuhan QS(27)91:
"Innama umirtu an a'buda Rabba haa dzihil baldatil ladzi harramahaa wa lahuu kullu syai-iw wa umirtu an akuuna minal muslimin." 

Artinya : "Sesungguhnya AKU terperintah menyembah Tuhan di dalam negeri yang terhormat yaitu BAITULLAH dan AKU masuk orang Islam di tempat itu." Bagaimana caranya? Dirikan SHALAT.

Firman Tuhan QS (2)125:
"Wa idz ja'alnal Baita matsaabatal lin naasi wa annaw wat takhidzu mim maqaami Ibraahiima mushallaw wa 'ahidnaa ilaa Ibraahiima wa Ismaa'iila an thahhiraa Baitiya lith thaa-ifiina wal'akiifiina warrukka"is sujuud." 

Artinya: "Dan ingatlah ketika KAMI menjadikan Rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, Dan jadikanlah tempat itu menjadi tempat SHALAT. Dan telah Kami perintahkan kepada IBRAHIM DAN ISMAIL, "

Bersihkanlah Rumah-KU untuk orang-orang yang tawaf, i'tikaf, rukuk dan sujud." Apa syaratnya?

Firman Tuhan QS 24(56):
"Wa aqimush shalata wa aatuz zakata wa athii-ur Rasuula la'alaikum turhamuun."
 
Artinya; "Dan Dirikan Shalat, keluarkan zakat, ikut Rasul, supaya kamu mendapat Rahmat."
Bagaimana hukumnya bila shalat tidak di BAITULLAH pada hakekatnya?

Firman Tuhan QS(8)35:
"Wa maa kaana shalaatuhum 'indal Baiti illaa mukaa-aw wa tashdiyatan fa dzuuqul 'adzabaa bi maa kuntum takfuruun." 

Artinya: "Dan tidaklah shalat mereka itu di Baitullah pada hakekatnya, lain tidak sama dengan bersiul-siul dan bertepuk tangan atau bermain saja. Rasai siksa oleh karena mereka itu kafir."

Demikianlah cara Allah mengurus "RUH" setiap manusia dalam Islam.

Firman Tuhan QS(17)85:
"Wa yas-aluunaka 'anir ruuhi qulir ruuhumin amri rabbi wa maa uutiitum minal 'ilmi illa qaliilaa." 

Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang RUH, katakanlah, "RUH" itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit."

Dan (Bukan urusan science and technology/knowledge).

Demikian disampaikan sebagai bahan pertimbangan, mudah-mudahan ada manfaatnya. Wassalam.

Sumber➡ RimaNews


Tidak ada komentar:

Posting Komentar