Mengenal Substansi Diri, Shalat, Nabi Muhammad dan Tuhan

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Pendahuluan

Allah-lah yang menciptakan manusia dari seorang laki dan perempuan, bermacam-macam umat, bersuku-suku, berpuak-puak, berbangsa-bangsa, berlainan bahasa; GUNAnya untuk saling kenal-mengenal satu sama lain

BUKAN UNTUK SALING MEMBENCI, BUKAN UNTUK SALING BERMUSUHAN, BUKAN UNTUK SALING MEMBUNUH, dsb. Tidak seorangpun yang menyangka "dia" terlahir ke dunia berkulit hitam-berkulit putih, ada yang elok ada pula yang kurang elok dalam pandangan manusia; dan "dia" pun tidak menyangka lahir ditengah-tengah umat Islam, umat Kristen, umat Budha, Yahudi dll kepercayaan.

LALU bagaimana SEBAIKNYA kita MEMANDANG dan MENYIKAPINYA ?

TELAAHAN :
Mari kita ikuti penjelasan berikut ini, sebagai bahan pertimbangan:
Mungkin ada sebagian kita yang BELUM memahami MAKNA SEBUAH TOLERANSI dalam menyikapi KEBERAGAMAN dalam masyarakat. Seolah-olah toleransi dalam menyikapi keberagaman adalah satu cara guna berupaya menjadikan keberagaman yang ada menjadi "satu" pandangan. Dengan kata lain, hanya dengan menyamakan semua persepsi akan tumbuh toleransi itu. Padahal, upaya tersebut adalah "self paradox" atau sebuah sikap yang kontradiktif pada dirinya-bertentangan dengan bathinnya.

Bagaimana mungkin keberagaman dapat disatukan atau disamakan?

Umpamanya:
Bagaimana warna kulit putih dipaksakan untuk dipahami sebagai kulit hitam?

Bagaimana seseorang yang terlahir sebagai bangsa Indonesia untuk dipaksakan dipahami sebagai bangsa lain; begitupun sebaliknya bagi pemeluk agama yang berbeda.
Bagaimana mungkin keyakinan seorang Muslim dipaksakan untuk menyamakan keyakinan seorang Katolik dalam memandang Yesus ataupun agama lain?
Selain self paradoks, upaya "penyamaan" persepsi terhadap semua agama-agama itu, akan bertolak belakang dengan konsep "tanawwu'"- (keberagaman praktek peribadatan tertentu) dalam agama.

Bukankah Tuhan sendiri yang telah menyatakan bahwa:

"Dan kalau Allah berkehendak, niscaya "AKU" jadikan Manusia itu satu umat".
Dengan kata lain, rupanya kehendak Allah tidak demikian.

Selain karena memang itulah sunnatullah dalam ciptaanNya, juga karena dengan adanya pluralitas dalam hidup akan terjadi saling kenal-mengenal-"interdependence" (saling ketergantungan) di antara manusia, sehingga memang adanya keberagaman ini menjadi kebutuhan hidup itu sendiri.

Oleh karenanya bila ada keinginan upaya penyatuan agama-agama adalah keliru dan tidak akan pernah terjadi. Justru sebaliknya hingga akhir zaman akan ada terus perbedaan keyakinan itu yang menimbulkan paradigma-shift epistimologi yang berdampak perpecahan serta menimbulkan berbagai aliran/firqah. Disebabkan kebanyakan manusia mencari KEBENARAN melalui nalar idea/teks-konteks serta kemampuan berpikir yang terbatas; yang berdampak perpecahan-perbantahan-permusuhan yang tidak henti-hentinya. Dan bagi kita seorang Muslim; ini adalah bagian dari dasar pemahanan teologi kita.

Tolerasi itu sangat luas dan sangat menyenangkan.
Sekali lagi TOLERANSI itu adalah MENERIMA EKSISTENSI "KEYAKINAN" orang lain. Bahkan keyakinan yang dianggap kebenaran oleh pihak lain. Dan atas dasar penerimaan adanya keyakinan yang berbeda dari keyakinan kita, tumbuhlah sikap toleransi tadi.

Akan tetapi menerima adanya keyakinan orang lain tidaklah pernah dimaksudkan untuk "menerima" atau "mengikuti" atau "mengamalkan" keyakinan orang lain. Justru sebaliknya, toleransi di sini adalah menerima adanya atau eksistensi keyakinan orang lain, yang berbeda dari keyakinan kita. Oleh karenanya kecenderungan untuk memahami toleransi dengan meyakini atau ikut melaksanakan keyakinan orang lain adalah SANGAT KELIRU. Sebab jika keyakinan lain itu telah diterima (diyakini) dan atau diamalkan maka toleransi tidak diperlukan lagi. Hal tersebut memang tidak perlu karena sudah menjadi keyakinan sendiri.

Atas pemahaman seperti di atas, kami ingin mengatakan bahwa toleransi itu jauh lebih besar, lebih mulia, lebih luas dan terhormat; dari sekedar ucapan "selamat hari besar" umat lain. Terlepas apakah kami setuju dengan ucapan selamat natal, atau tidak setuju, SUDAH BARANG TENTU TIDAK AKAN MENGURANGI TOLERANSI kami kepada agama lain. Namun SEBALIKnya toleransi itu sudah BAGIAN DARI IMAN melalui ajaran agama ISLAM YANG DIBAWA OLEH: "NABI BESAR MUHAMMAD SAW."
Dengan demikian, PRO-KONTRA tentang "UCAPAN NATAL", hendaknya JANGAN SAMPAI MENDEGRADASI MAKNA TOLERANSI.

Oleh karena itu, bila teman-teman Kristiani tidak menyampaikan "selamat hari raya" kepada kami, tentu tidak akan mengurangi keyakinan kami; jika mereka toleran, selama mereka menerima eksistensi keyakinan dan praktek agama Islam yang kami yakini.
Demikian pula jika kami memilih untuk tidak mengucapkan selamat natal karena pertimbangan; itu adalah: "urusan rumah tangga agama kami" dan hendaknya jangan dipahami sebagai sikap intoleran. Alangkah indahnya bila kita menerima dan menghormati ibadah saudara-saudara kita, atas keyakinan yang mereka junjung tinggi.

Dengan pemahaman seperti itu, akan muncul sebuah sikap kekesatriaan, menghargai satu satu sama lain, menghormati satu sama lain dalam hal-hal yang memang menjadi perbedaan. Nah, disitulah akan tumbuh dalam masyarakat, sikap personal dengan penuh makna kehidupan dengan keindahan-cantik-nan elok dalam perbedaan pandangan.
Tiap-tiap perbedaan,tentu pasti ada persamaan, BERBEDA TAPI TETAP MENJAGA TOLERANSI, kedamaian, ketentraman dan kerjasama yang baik demi terwujudnya hidup bermasyarakat-berbangsa dan bernegara; rukun dan damai serta adil dan beradab.
Tinggal lagi bagaimana mewujudkannya?

Wabillahi taufiq wal Hidayah.
Wass wr wb. AR Yusuf

Rujukan:

QS(10)19:
"Wa maa kaanan naasu illaa ummataw waahidatan fakh talafuu wa lau laa kalimatun sabaqat mir rabbika la qudhiya bainahum fii maa fiihi yakhtalifuun."

Artinya:
"Sungguh MANUSIA itu dahulunya adalah SATU UMAT kemudian MEREKA BERSELISIH, dan kalau tidak karena telah terdahulu ketentuan dari Tuhanmu, niscaya diputuskan perkara dalam hal yang MEREKA PERSELISIHKAN itu."

QS(11)118-119:
" Wa lau syaa-a rabbuka la ja'alan naasa ummataw waahidataw wa laa yazaaluuna mukhtalifiin. Illaa mar rahima rabbuka wa li dzaalika khalaqahum wa tammat kalimatu rabbika la amla-anna jahannama minal jinnati wan naasi ajma'iin."

Artinya:
"Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya DIA menjadikan MANUSIA SATU UMAT, tetapi mereka senantiasa BERSELISIH, Kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Dan telah sempurnalah Kalimat Tuhanmu, sungguh Aku akan penuhi jahannam itu dengan Jin dan manusia."

QS(2)213:
"Kaanan naasu ummataw waahidatan fa ba'atsallaahun nabiyyiina mubasysyiriina wa mundziriina wa anzala ma'ahumul kitaaba bil haqqi li yahkuma bainan naasi fii makh talafuu fiihi wa makh talafa fiihi illal ladziina uutuuhu mim ba'di maa jaa at-humul bayyinaatu baghyam bainahum fa hadallaahul Iadziina aamanuu li makh talafuu fiihi minal haqqi bi idznihii wallaahu yahdii may yasyaa-u ilaa shiraathim mustaqiim."

Artinya:
"Manusia adalah UMAT YANG SATU, lalu Allah mengutus para nabi pembawa berita gembira dan pembawa peringatan. Dan ALLAH MENURUNKAN BERSAMA MEREKA KITAB DENGAN BENAR supaya dapat memberi keputusan bagi manusia DALAM PERKARA YANG MEREKA PERSELISIHKAN. Tidak-lah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata Karena dengki di antara mereka. Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman dalam perkara yang mereka perselisihkan itu ke jalan yang benar dengan izin-Nya. Dan Allah memberi petunjuk orang yang dikehendakiNya ke jalan yang lurus."

QS(21)92:
"Inna hadzihii ummatukum ummataw waahidataw wa ana rabbukum fa'buduun."
Artinya: "Sesungguhnya Manusia itu Umat yang satu, dan AKULAH TUHANMU, maka SEMBAHLAH AKU."

QS(23)52:
"Wa inna haadzihii ummatukum ummataw waahidataw wa ana rabbukum fat taquun."
Artinya: "Dan Sesungguhnya MANUSIA UMAT YANG SATU, DAN AKU ADALAH TUHAN KAMU, maka bertaqwalah kepadaKu."

QS(49)13:“Yaa ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa untsaa wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qabaa-ila li ta’aarafuu inna akramakum ‘indallaahi atqaakum innallaaha ‘aliimun khabiir.”

Artinya:“Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami MENCIPTAKAN KAMU DARI SEORANG LAKI-LAKI DAN SEORANG PEREMPUAN, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya SEMULIA-MULIA kamu DI SISI ALLAH ialah yang lebih TAQWA di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."
Ruh juga bersaudara

QS(49)10:"Innamaal mu'minuuna ikhwatun fa-ashlihuu baina akhawaikum waattaquullaha la'allakum turhamuun(a)."
Artinya:"Sesungguhnya ORANG MUKMIN itu BERSAUDARA, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
Saudara kandung dalam agama islam

QS(9)11: "Fa-in taabuu wa-aqaamuush-shalaata waaatawuuzzakaata fa-ikhwaanukum fiiddiini wanufash-shiluaayaati liqaumin ya'lamuun(a)."

Artinya:"Mereka yang BERTAUBAT, MENDIRIKAN SHALAT dan MENGELUARKAN ZAKAT, maka (mereka itu) adalah SAUDARA KANDUNGMU DALAM AGAMA. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu, bagi kaum yang mengetahui."
Sakwa sangka saja dosa;

QS(49)11-12:
"Ya ayyuhal ladz'iina aamanuu laa yaskhar qaumum min qaumin 'asaa ay yakuunuu khairam minhum wa laa nisaaum min nisan-in 'asas ay yakunna khairamminhunna wa laa talmizuu anfusakum wa laa tanaabazuu bil alqaabi bi'sal ismul fusuuqu ba'dal iimaani wa mal lam yatub fa ulaa-ika humuzh zhaalimuun. Yaa ayyuhal ladziina aamanuj tabibuu katsiiram minazh zhanni inna ba'dhazhzhanni itsmuw wa laa tajassasuu wa laa yaghtab ba'dhukum ba'dhan a yuhibbu ahadukum ay ya'kula lahma akhiihi maitan fa karihtumuuhu wat taqullaaha innallaaha tawwaabur rahiim."

Artinya:"(11) Hai sekalian orang-orang yang beriman, JANGANLAH SATU KAUM MENGOLOK-OLOKKAN KAUM YANG LAIN, BOLEH JADI MEREKA (kaum yang mengolok-olokkan itu) LEBIH BAIK DARI MEREKA (YANG MEPEROLOK-OLOKKAN), dan jangan (pula) perempuan-perempuan mengolok-olokkan perempuan-perempuan (yang lain), boleh jadi perempuan-perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan JANGANLAH KAMU PANGGIL-MEMANGGIL DENGAN GELAR-GELAR YANG BURUK, seburuk-buruk Nama (panggilan) ialah PANGGILAN FASIK SESUDAH BERIMAN. Dan BARANGSIAPA yang TIDAK BERTAUBAT, maka mereka itulah ORANG YANG ZALIM. "

(12) "Hai orang-orang yang beriman, JAUHILAH KEBANYAKAN PRASANGKA, sesungguhnya SEBAHAGIAN PRASANGKA itu adalah DOSA. Dan JANGANLAH KAMU MENCARI KEBURUKAN orang dan JANGANLAH sebahagian kamu MENGGUNJING atas sebahagian yang lain. Adakah DI ANATARA KAMU MEMAKAN BANGKAI SAUDARA KAMU SENDIRI yang mati? Maka kamu membencikannya. Dan BERTAQWALAH KEPADA ALLAH. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

QS(5)32:"Min ajli dzaalika katabnaa 'alaa banii israa-iila annahuu man qatala nafsam bi ghairi nafsin au fasaadin fil ardhi fa ka annamaa qatalan naasa jamii'aw wa man ahyaahaa fa ka annamaa ahyan naasa jamii'aw wa la qad jaa-at-hum rusulunaa bii bayyinaati tsumma inna katsiiram minhum ba'da dzaalika fil ardhi la musrifuun".

Artinya:"Karena itu Kami tetapkan kepada Bani israil bahwa YANG MEMBUNUH SEORANG MANUSIA bukan karena hukuman pembunuhan, atau karena membuat bencana di bumi, maka SEAKAN-AKAN DIA TELAH MEMBUNUH MANUSIA SELURUHNYA. Dan barangsiapa yang MEMELIHARA KEHIDUPAN SEORANG MANUSIA, maka seolah-olah DIA telah MEMELIHARA KEHIDUPAN MANUSIA SELURUHNYA. Dan sesungguhnya TELAH DATANG RASUL-RASUL KAMI kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan, kemudian sesungguhnya banyak di antara mereka sesudah itu melampaui batas di bumi."
Tiada paksaan dalam agama;

QS(2)256:"Laa ikraaha fiiddiini qad tabai-yanarrusydu minal ghai-yi faman yakfur bith-thaaghuuti wayu'min billahi faqadiistamsaka bil 'urwatil wutsqa laaanfishaama lahaa wallahu samii'un 'aliimun."

Artinya:"TIADA PAKSAAN DALAM AGAMA; sesungguhnya, TELAH NYATA KEBENARAN DI DALAM KESESATAN. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut, dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya, ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat, yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui."

Karena itu berbuat baiklah kamu sesama kamu sebagaimana Allah berbuat baik kepada semua manusia;
QS(28)77:"Waabtaghi fiimaa aataakallahuddaara-aakhirata walaa tansa nashiibaka minaddunyaa wa-ahsin kamaa ahsanallahu ilaika walaa tabghil fasaada fiil ardhi innallaha laa yuhibbul mufsidiin(a)."
Artinya:"Dan carilah, pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan BERBUAT BAIKLAH KEPADA ORANG LAIN, SEBAGAIMANA ALLAH TELAH BERBUAT BAIK KEPADAMU, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

QS Al-Kafiruun:
"Qul yaa ayyuhaa alkaafiruuna, laa a'budu maa ta'buduuna, walaa antum 'aabiduuna maa a'budu, walaa anaa 'aabidun maa 'abadtum, walaa antum 'aabiduuna maa a'budu, lakum diinukum waliya diini."

Artinya:
"Katakanlah: Hai orang-orang kafir. AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH APA YANG KAMU SEMBAH. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. UNTUKMU AGAMAMU, dan UNTUKKU AGAMAKU." RimaNews*
Wassalamu’alaikum Wr.Wb



Tidak ada komentar:

Posting Komentar