Pendahuluan
Allah yang menciptakan manusia dari seorang laki dan perempuan, bermacam-macam umat, bersuku-suku, berpuak-puak, berbangsa-bangsa, berlainan bahasa, gunanya untuk "saling kenal-mengenal" satu sama lain (bukan untuk saling membenci, bukan untuk saling bermusuhan, bukan untuk saling membunuh, dsb). Lalu Allah menyempurnakan kejadian manusia, ditiupkan ruh. Dengan ditiupkan ruh tersebut, maka manusia dapat melihat melalui matanya, dapat mendengar melalui telinganya, dan diberikan hati.
Hati itu adalah wadah, yang dalam hati itu adalah rasa atau nikmat atau zat. Nikmat atau rasa atau zat itulah yang menjadi sumber penglihatan, sumber pendengaran, sumber yang membuat setiap manusia dapat melakukan berbagai aktivitas, termasuk berpikir.
Dengan alasan bahwa Allah yang menciptakan manusia, lalu menyempurnakan kejadian manusia dengan meniupkan ruh tadi tentu timbul pertanyaan:
Bagaimana Allah mengatur-menyelesaikan kehidupan masing-masing manusia yang banyak ini ?
Penjelasan:
Firman Tuhan QS(3)102, 103:
"Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuuut-taquullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna ilaa wa-antum muslimuun(a). Waa'tashimuu bihablillahi jamii'an walaa tafarraquu waadzkuruu ni'matallahi 'alaikum idz kuntum a'daa-an fa-allafa baina quluubikum fa-ashbahtum bini'matihi ikhwaanan wakuntum 'ala syafaa hufratin minannaari fa-anqadzakum minhaa kadzalika yubai-yinullahu lakum aayaatihi la'allakum tahtaduun(a)."
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan islam (selamat). Dan berpeganglah kamu semuanya dengan tali Allah , dan jangan kamu bercerai-berai, dan ingat nikmat Allah atas kamu, ketika dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu, karena nikmat Allah orang yang bersaudara, dan kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
Firman Tuhan: QS(13)11:
"Lahuu mu'aqqibaatum mim baini yadaihi wa min khalfihii yahfazhuunahuu min amrillaahi innallaaha laa yughayyiru maa bi quamin hattaa yughayyiruu maa bian fusihim wa idzaa araadallaahu bi qaumin suu-an fa laa maradda lahuu wa maalahum min duunihii miw waal."
Artinya:
Bagi manusia ada (malaikat) mengikutnya bergantian di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
"Sesungguhnya Allah tidak merubah barang suatu kaum"(diri kita sendiri), sehingga mereka merubah barang yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka selain-Nya."
Kemudian muncul pertanyaan, apa yang dirubah, bagaimana merubahnya?
Firman Tuhan: QS(8)53:
"Dzaalika bi annallaaha lam yaku mughayyiran ni'matan an'amahaa 'alaa qaumin hatta yughayyiru maa bi anfusihim wa annallaaha samii'un 'aliim."
Artinya:
"Bagi manusia ada (malaikat) mengikutnya bergantian di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah "Tidak merubah barang suatu kaum sehingga mereka merubah nikmat atau rasa pada diri mereka itu sendiri".
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka selain-Nya."
Ternyata yang dirubah itu adalah nikmat atau rasa yang muncul berupa syakwa sangka dan ragu.
QS(5)3, "...Al yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum mi'matii wa radhiitu lakumul islaama diinan..."
Artinya:
“Pada hari ini Aku sempurnakan agama-mu, dan aku cukupkan nikmat-rasa-zat (tidak ragu-tidak galau ) dan aku ridha islam agama-mu."
Firman Tuhan: QS(2)147:
"Alhaqqu mir rabbika fa laa takuunanna minal mumtariin."
Artinya:
"Kebenaran itu dari tuhanmu, maka janganlah engkau termasuk orang yang ragu (syakwa sangka)."
Firnan Tuhan: QS(2)149:
"Wa min haitsu kharajta fa walli wajhaka syathral masjidil haraami wa innahuu lal haqqu mir rabbika wa mallaahu bi ghaafilin 'ammaa ta'maluun."
Artinya: "Dan dari mana saja engkau keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah masjidil haram, sesungguhnya itulah kebenaran dari tuhan dan Allah tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan."
Firman Tuhan: QS(2)150-153:
Ayat 150:
"Wa min haitsu kharajta fa walli wajhaka syathral masjidil haraami wa haitsu maa kuntum fa walluu wujuuhakumsyathra huu li-allaa yakuuna lin naasi 'alaikum hujjatun illat ladziina zhalamuu minhum fa laa takhsyauhum wakh syaunii wa li-u timma ni'matii 'alaikum wa la'allakum tahtaduun."
Artinya:
"Dan dari mana saja engkau ke luar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah masjidil haram (dalam shalat).
Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya, dengan demikian tidak ada alasan untuk syakwa sangka atau ragu lagi, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu, dan agar: " Aku sempurnakan nikmatku- rasa) atas kamu
(Dengan disempurnakannya rasa yang ragu tadi) dan supaya kamu mendapat petunjuk (dengan jalan memperoleh taufiq dan hidayah atau petunjuk)."
Ayat 151:
كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ
"Kamaa arsalnaa fiikum rasuulam minkum yatluu 'alaikum aayaatinaa wa yuzzakkiikum wa yu'allimukumul kitaaba wal hikmata wa yu'allimukum maa lam takuunu ta'lamuun.
"Sebagaimana kami mengutus seorang rasul yang ianya salah seorang di antara kamu, Membacakan ayat-ayat kami (bukan ayat surat, dalam bentuk keraguan tadi) kepada kamu dan Mensucikan kamu dari perbuatan yang tidak senonoh (yaitu keragu-raguan) dan Mengajarkan kitab sehingga tidak ragu lagi, Mengajarkan hikmah (artinya sesuatu yang bermanfaat, mengerti akan baik buruk, baik yang akan diucapkan maupun yang akan dilakukan), dan Mengajarkan kamu apa-apa yang belum kamu ketahui, yaitu bagaimana hubungan kita dengan Muhammad, bagaimana hubungan kita dengan Allah , bagaimana hubungan kita dengan Baitullah."
Bagaimana caranya?
Ayat 152: "Fadz kuruuni adzkurkum wasy kuruu lii wa la takfuruun."
Artinya:
"Ingat (bukan menyebut) olehmu akan daku, hanya mengingatkan aku akan di engkau dan bersyukurlah kepadaku dan jangan kamu kufur atau kafir atau engkar terhadap nikmat (atau terhadap rasa tadi)."
Demikian disampaikan untuk diamalkan masing-masing untuk kemenangan diri, keluarga dan handai taulan. Billahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.
AR Yusuf Pembina JmI
Bekasi, 15-6-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar