Dr. KH. Aswin Rose Yusuf:
Pendahuluan
Bila kita renungkan bahwa MANUSIA baru dapat mengerti tentang makna yang terkandung di dalam Al-Quran apabila sebaiknya tidak menggunakan penafsiran melalui keterbatasan berpikir.
Maka untuk menjelaskannya Allah mengutus para Nabi dan Rasul.
Fase pertama:
124.313 auliya dan ambiya.
Pendahuluan:
Nabi Besar Muhammad saw.
Fase kedua inilah Allah mengutus Nabi Muhammad SAW yang membawa petunjuk dan agama yang benar, yang mengalahkan agama yang lain.
Nabi Muhammad melalui firmannya:
"Berkata atas benda".
Yang diperkatakan itu adalah ciptaannya yaitu MANUSIA, dimana keterangannya ada dalam kitab, BENDA yang diterang tidak ada dalam kitab: "ADA DALAM DIRI MANUSIA MASING-MASING".
Firman Tuhan: QS(64)2:
“Huwal ladzii khlaqakum fa minkum kaafiruw wa minkum mu’minuw wallaahu bi maa ta’maluuna bashii."
Artinya: DIA YANG MENJADIKAN KAMU DI ANTARA KAMU (BUKAN DI ANTARA KAMU-KAMU,
tetapi di dalam diri manusia masing-masing), ada yang KAFIR dan ada yang MUKMIN.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
Yang kafir itu sifat manusia, yang tidak membedakan bangsa dan bahasanya, tidak laki, tidak perempuan, ada di dalam dada laki dan ada di dalam dada perempuan.
"Kafir" bahasa arab, "Engkar" bahasa kita.
Maka dijelaskan bahwa manusia itu kafir/engkar kepada Tuhannya, bersifat keluh kesah suka menantang.
Yang mukmin mana ?
Yang mukmin itu, Abdi fil qalbil mu’miniin.
artinya: "Hambaku dalam hati mereka, namanya mukmin".
Kita dapat merasakan adanya sifat kafir itu, ketika Allah menyempurnakan kejadian manusia ditiupkannya Ruh.
Manusia bersifat kafir/engkar yang terbentuk oleh sifat: "HAWA NAFSU DUNIA SYETAN".
Mukmin bersifat: "SIDDIQ AMANAH TABLIGH FATHANAH". Langsung dari Allah, TIDAK MELALUI MANUSIA.
Selama manusia tidak mengenal dirinya, dan belum sampai pengetahuan kepadanya tentang substansi kekafiran tadi, selama itu mereka mencoba menafsirkan menurut kemampuan berpikir.
Padahal firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad itu menceritakan tentang sifat manusia seutuhnya,
belum berbicara tentang agama ataupun hukum-hukum dalam agama.
Bila kita menganggap orang lain itu kafir, alangkah naifnya ciptaan Tuhan itu , yang padahal usul kejadian manusia tidak ada yang berbeda satu sama lain.
Sebaiknya kita memandang manusia, wajib
dilihat dari sudut kejadian manusia itu sendiri secara komprehensif.
“Tiap-tiap persamaan tentu ada perbedaannya.”
Sedang Allah menyatakan bahwa manusia itu umat yang satu, Tuhannya satu.
Untuk mengenal manusia dan mengenal Tuhan tentu kita harus mengetahui manusia dari usul kejadiannya melalui sifatnya.
Dengan adanya Allah menyempurnakan kejadian manusia, dapat kita merasakannya melalui suara hati, yaitu "ada yang menyeru kepada kejahatan"(itulah substansi KAFIR), dan "ada yang menyerukan kepada kebajikan", (itulah Ruh atau Mukmin).
Seluruh manusia di dunia akan mudah mengenalnya melalui suara hati tersebut.
Perbedaan sifat kekafiran dan sifat mukmin itulah yang dapat kita kenal dengan RASA RAGU dan BIMBANG.
Ragu dan bimbang ini yang menimbulkan penyakit hati.
Firman Tuhan: QS(2)10:
"Fii quluubihim maradhun fazaada humullaahu maradhaw wa lahum 'adzaabun aliimum bi maa kaanuu yakdzibuun.”
Artinya: "Dalam hati mereka itu ada PENYAKIT, PENYAKIT SYAKWA SANGKA, IRI dan DENGKI kepada orang lain TANPA SEBAB.
Bukannya Allah mengurangi, bahkan menambahnya dengan siksa yang pedih."
Penyakit hati inilah yang dikenal sebagai:
"bisikan syetan sebangsa jin dan manusia",
ada bendanya pada kita (MANUSIA).
Coba kita perhatikan,
dalam satu kesempatan yang sama, pada setiap manusia, LAIN KATA MULUT - LAIN KATA HATINYA
Selama pertentangan ini tidak diurus oleh Tuhan maka selama itu pula manusia tidak memperoleh pengetahuan tentang sebab dan akibat dari perilaku manusia, yg dampak terhadap diri, keluarga dan masyarakat banyak.
Situasi dan kondisi seperti ini, tidak dapat dipelajari dan diselesaikan oleh ketajaman berpikir.
Sebab baik substansi kekafiran maupun substansi mukmin itu sendiri, yang menjadikan adalah Allah.
Substansi kekafiran itu dijadikan dari kedua ibu bapak di dalam rahim Ibu.
Sedang Ruh-Mukmin langsung ditiupkan oleh Allah SWT.
Firman Tuhan: QS(49)13:
“Yaa ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa untsaa wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qabaa-ila li ta’aarafuu inna akramakum ‘indallaahi atqaakum innallaaha ‘aliimun khabiir.”
Artinya: “Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami MENCIPTAKAN KAMU DARI SEORANG LAKI-LAKI DAN SEORANG PEREMPUAN, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya SEMULIA-MULIA kamu DI SISI ALLAH ialah yang lebih TAQWA di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."
DIMANA MANUSIA DI BINA?
Jawabnya, DI DALAM RAHIM SEORANG WANITA (IBU),
QS(3)6: Huwal ladzii yushawwirukum fil arhaami kaifa yasyaa-ulaa ilaaha illaa huwal 'aziizul hakiim."
Artinya: "Dialah yang MEMBENTUK KAMU DALAM RAHIM-RAHIM sebagaimana yang Dia kehendaki. Tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Kemudian ditiupkan ruh.
Oleh karena itu sudah barang tentu, setinggi-tinggi ilmu pengetahuan tidak akan mampu menjelaskan, karena kepintaran manusia justru berasal dari ruh yang bepikir pada otak, melihat pada mata, mendengar pada telinga, mencium pada hidung, berkata pada mulut, dan merasa pada lidah.
Perselisihan antara suara kekafiran dan suara kebenaran tadilah, yang menyebabkan rusaknya akhlak budi manusia.
Hanya Muhammad Rasulullah saw lah yang mampu menyelesaikannya.
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam hadist: INNAMA BUISTU LUTAMMI MAKARIMAL AKHLAQ, melalui dua pusaka abadi TARAKTU FIIKUM AMRAINI LAN TADHILLUU ABADAN MA IN TAMASSAKTUM BIHIMAA KITAABALLAAHI WA SUNNATA RASUULIHI.
Kesimpulan:
1. Memahami agama sebaiknya jangan melihat kepada diri orang lain,
2. Hendaknya kita mengenal hukum kafir menurut Quran dan Hadits,
Firman Tuhan: QS(8)35:
"WA MA KAANA SHALAATUHUM 'INDAL BAITI ILLA MUKAA-AW WA TASHDIYATAN FA DZUUQUL 'ADZAABA BI MAA KUNTUM TAKFURUUN."
Artinya: "DAN TIDAKLAH SHALAT MEREKA ITU DI BAITULLAH PADA HAKEKATNYA, lain tidak hanya sebagai bersiul-siul dan bertepuk tangan, atau bermain-main saja, rasai siksa oleh karena mereka itu KAFIR."
SEBAB, BATASANTARA ISLAM DENGAN KAFIR ADALAH SHALAT,
"Inna bainar rojuli islam wa bainas syirki wal kufri tarkas sholati".
Artinya: "BATAS ANTARA ISLAM DENGAN KAFIR ADALAH SHALAT."
3. Selama kita memahami agama melalui ketajaman proses berpikir maka tentulah tidak akan memperoleh kepahaman atau jawabannya secara menyeluruh,
4. Itulah gunanya diutus oleh Allah para nabi dan Rasul, dan terakhir orang yang berlari-lari dari ujung kota
Demikian disampaikan guna diamalkan sebaik-baiknya untuk kemenangan diri, keluarga serta masyarakat.
Billahi taufiq wal hidayah,
Wass wr wb.
AR Yusuf Pembina JmI
Bekasi, 3-3-2019
Kepada bapak Aswin rose yusuf yth.datanglah ke aceh berilah pencerahan kepada kami semua. Jmi adalah jalan utama untuk memahami hakekat diri.
BalasHapusSaya selalu bertanya tanya dalam diri saya. Siapakah diri saya yg sebenarnya. Saya juga kepada mereka yg dlam ilmunya. Tapi mereka engan menjawab. Dan saya sering mendengar suara rekaman ayah.
BalasHapusBagaimana cara sy bertaubat bpk apakah harus datang kehadapan rasul secara fisik atau bagaimana, mohon pencerahanny pak. Trksh
BalasHapusMaaf baru dibalas:
BalasHapusSaya harus panggil siapa karena penanya tak ada akun, kalau boleh tau ini posisinya dimana
alhamdulillah dapat kajian lagi...makasih bapak pembina😊
BalasHapuslegah lagi dapat siraman rohani😊